MASA KEJAYAAN ISLAM YANG DINANTIKAN KEMBALI (PELAJARAN KELAS 11)


 

BAB V

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN


 

1.   Faktor-Faktor yang Mendorong Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Kejayaan

a.     Dorongan semangat membaca

b.     Ilmu berasaskan tauhid kepada Allah (bersumber dari Al-Qur’an)

c.      Berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah/Al-hadis

d.     Keterbukaan dan kreativitas umat Islam yang diwujudkan melalui sikap selalu ingin tahu

e.     Adanya gerakan penerjemahan buku-buku  Yunani dan  lain-lain ke dalam Bahasa Arab

 

2.   Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin

Masa kekuasaan khulafaur rasyidin dimulai sejak khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, yang dilanjutkan oleh Umar bin Khattab, lalu Usman bin Affan dan terakhir Ali bin Abi Thalib. Pengembangan agama Islam yang dilakukan pada masa yang relatif singkat (632 – 661 M) telah membuahkan hasil yang gemilang. Dari hanya wilayah Arab, ekspansi kekuasaan Islam menembus memasuki wilayah Afrika, Syuriah, Persia, Bizantium dan India. Selain itu, beberapa peradaban yang telah dicapai antara lain:

a.     Munculnya gerakan pemikiran Islam

1)    Menjaga keutuhan Al-Qur’an dan mengumpulkannya dalam bentuk mushaf pada zaman Abu Bakar

2)    Memberlakukan mushaf standar pada masa Usman bin Affan

3)    Pengiriman para sahabat dalam menyiarkan Islam ke berbagai pelosok negeri untuk mengajarkan Al-Qur’an dan sunnah pada zaman Usman bin Affan

4)    Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahan antara dakwah dan negara, antara dai maupun panglima. Para khalifah adalah para penguasa, imam sholat, hakim yang adil dan juga panglima perang

b.     Terbentuknya organisasi negara dan lembaga-lembaga pemerintahan

1)    Lembaga politik. Diantaranya, khilafah (jabatan kepala negara), wizarah (kementrian negara) dan kitabah (sekretaris negara)

2)    Lembaga tata usaha negara. Diantaranya, idaarotul aqoolim (pengelolaan pemerintahan daerah) dan diiwan (perngurusan departemen) seperti diiwan kharraj (kantor urusan keuangan), diiwan rosaail (kantor urusan arsip), diiwan bariid (kantor urusan pos), diiwan syurthah (kantor urusan kepolisian) dan departemen lainnya

3)    Lembaga keuangan negara. Termasuk di dalamnya adalah masalah ketentaraan, baik angkatan darat dan laut, serta perlengkapan dan persenjataannya

 

3.   Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah

Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai masa yang agresif, dimana perhatian tertumpu pada usaha perluasa wilayah dan penaklukan yang terhenti sejak zaman dua khulafaur rasyidin terakhir. Masa kekuasaan Bani Umayyah selama 90 tahun dengan 14 khalifah, yaitu:

1.     Muawiyah bin Abi Sufyan               : 41 – 60 H / 661 – 679 M

2.     Yazid bin Muawiyah                         : 60 – 64 H / 679 – 683 M

3.     Muawiyah bin Yazid                         : 64 H / 683 M

4.     Marwan bin Hakam                          : 64 – 65 H / 683 – 684 M

5.     Abdul Malik bin Marwan                : 65 – 86 H / 684 – 705 M

6.     Al-Walid bin Abdul Malik                : 86 – 96 H / 705 – 714 M

7.     Sulaiman bin Abdul Malik               : 96 – 99 H / 714 – 717 M

8.     Umar bin Abdul Aziz                                    : 99 – 101 H / 717 – 719 M

9.     Yazid bin Abdul Malik                                  : 101 – 105 H / 719 – 723 M

10.     Hisyam bin Abdul Malik                : 105 – 125 H / 723 – 742 M

11.     Al-Walid II bin Yazid II                   : 125 – 126 H / 742 – 743 M

12.     Yazid bin Walid bin Malik             : 126 H / 743 M

13.     Ibrahim bin Al-Walid II                             : 126 – 127 H / 743 – 744 M

14.     Marwan II bin Muhammad                     : 127 – 132 H / 744 – 750 M

Berikut ini beberapa perkembangan peradaban pada masa Bani Umayyah:

a.     Ekspansi wilayah Islam, meliputi Afrika Utara, Jazirah Arab, Syuriah, Palestina, sebagian Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India, dan sebagian wilayah Rusia, yaitu Turkmenistan, Uzbekistan, Kirgiztan

b.     Perubahan mata uang yang dipakai di negara-negara dudukan Islam. Sebelumnya adalah mata uang Bizantium dan Persia yakni dinar dan dirham. Abdul Malik mencetak uang sendiri di tahun 659 M dengan kata-kata tulisan Arab.

c.      Bidang politik dan kenegaraan. Mengangkat Majelis Penasihat sebagai pendamping dan beberapa pembantu khalifah, yang meliputi kaatibur rosail (sekretaris administrasi dan persuratan), kaatibul kharraj (sekretaris keuangan negara), kaatibul jundi (sekretaris ketentaraan), kaatibul syurthah (sekretaris kepolisian) dan kaatibul qudhoot (sekretaris hukum)

d.     Bidang sosial, terjadinya hubungan bilateral dengan negara-negara taklukkan yang memiliki tradisi luhur, seperti Persia, Mesir, Eropa dan lain sebagainya

e.     Bidang seni, arsitektur atau seni bangunan Dome of The Rock (Qubbah ash-Shokhro) di Yerussalem yang menjadi monumen terbaik yang hingga selalu dipuji orang. Katedral St. John diubah menjadi Masjid Al-Aqsho, pembangunan Masjid Cordova, perbaikan dan perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, mendirikan istana-istana di padang pasir seperti Qusayr Amrah dan Al-Mushtta sebagai tempat beristirahat

f.       Bidang sastra, lahirnya tokoh-tokoh besar seperti Al-Anthal, Farazdaq, Jarir serta para penyair Arab, diantaranya Umar bin Abi Rabi’ah (w. 719 M) dan Qays bin al-Mulawwah yang lebih dikenal dengan nama Laila Majnun (w. 699 M)

g.     Bidang ilmu pengetahuan, meliputi:

1)    Bahasa Arab, selain menjadi bahasa resmi di pemerintahan, juga lahir tokoh gramatika bahasa Arab (ilmu nahwu), yaitu Abul Aswad ad-Duali. Beliau telah memberi tanda bacaan pada huruf-huruf hijaiyah berupa titik-titik khusus yang semula huruf-huruf tersebut tidak bertitik

2)    Marbad sebagai kota pusat kegiatan ilmu. Kota yang terletak di Damaskus dimana berkumpul para pujangga, filusuf, ulama, penyair dan para cendekiawan

3)    Ilmu qiroat, ilmu seni baca Al-Qur’an yang kemudian menjadi cabang ilmu syariat yang sangat penting. Pada masa ini lahir ahli qiroat seperti Abdullah bin Qusair (w. 120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H)

4)    Ilmu hadis, yakni adanya usaha mengumpulkan hadis, menyelidiki asal-usulnya hingga akhirnya menjadi suatu ilmu tersendiri. Tokoh yang muncul adalah Abdurrahman bin Amr Al-Auza’I (w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H), Ibnu Abi Malikah (w. 119 H) dan Asya’bi Abu Amr Amir bin Syurahbil (w. 104 H)

5)    Ilmu fiqih, yang menjadi cabang ilmu tersendiri. Diantara ahli fiqih adalah Sa’id bin Musayyab, Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim bin Muhammad, Urwah bin Zubir dan Kharijah bin Zaid

6)    Ilmu nahwu, yakni ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab. Ilmu diperlukan karena bertambahnya orang-orang ‘Ajam (non-Arab) yang masuk Islam. Abul Aswad Ad-Duali adalah tokoh penting dalam hal ini

7)    Ilmu geografi (jugrofiyah) dan sejarah (tarikh). Kedua ilmu ini lahir pada masa Bani Umayyah dan baru berkembang pada masa selanjutnya

8)    Usaha penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa-bahasa lain ke dalam bahasa Arab, namun usaha ini mulai berkembang pesat pada masa Dinasti Abbasiyah. Tokoh pada masa ini adalah Khalid bin Yazid, seorang pangeran yang cerdas dan ambisius. Ketika gagal memperoleh kursi kekhalifahan, ia menumpahkannya dalam ilmu pengetahuan.

 

4.   Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah

Pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah dinisbatkan kepada Abbas, paman Rasulullah saw. Dinasti ini didirikan pada tahun 132 H/750 M oleh khalifah pertama yang bernama Abdullah as-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Kekuasaan Bani Abbasiyah berlangsung selama 5 abad, yaitu tahun 132  – 656 H/750 – 1258 M. Berdasarkan pola pemerintahan dan politik yang diterapkan, para sejarawan biasanya membagi pemerintahan Bani Abbasiyah dalam 4 periode, yaitu:

a.     Masa Abbasiyah I (132 – 232 H / 750 – 847 M), yaitu sejak lahirnya dinasti sampai meninggalnya Khalifah Al-Wasiq

b.     Masa Abbasiyah II (232 – 334 H / 847 – 946 M), yaitu mulai Khalifah Al-Mutawakkil sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah

c.      Masa Abbasiyah III (334 – 447 H / 946 – 1055 M), yaitu mulai berdirinya Daulah Buwaihiyah sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad

d.     Masa Abbasiyah IV (447 – 656 H / 1055 – 1258 M), yaitu dimulai dari masuknya kaum Saljuk ke Baghdad sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan

Pada masa empat periode tersebut, Dinasti Abbasiyah memiliki 37 khalifah. Namun, pada saat bangsa Mongol menaklukkan kota Baghdad (656 H/1258 M), ada seorang pangeran keturunan Abbasiyah yang berhasil lolos dari pembunuhan yang kemudian meneruskan kekhalifahannya dengan gelar khalifah (tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar Sultan) yang berkuasa dalam bidang keagamaan di bawah pemerintahan kaum Mamluk di Kairo, Mesir. Jabatan khalifah oleh keturunan Abbasiyah di Mesir berakhir dengan diambilnya jabatan itu oleh Sultan Salim I dari Turki Usmani ketika menguasai Mesir tahun 1517 M.

Berikut daftar urutan khalifah Bani Abbasiyah pada masa empat periode:

1.     Abul Abbas As-Saffah (Pendiri)                                             : 749 – 754 M

2.     Abu Ja’far Al-Mansur                                                   : 754 – 775 M

3.     Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi                                   : 775 – 785 M

4.     Abu Muhammad Musa Al-Hadi                                             : 785 – 786 M

5.     Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid                                        : 786 – 809 M

6.     Abu Abdullah Muhammad Al-Amin                         : 809 – 813 M

7.     Abul Abbas Abdullah Al-Ma’mun                                          : 813 – 833 M

8.     Abu Ishaq Muhammad Al-Mu’tashim Billah                      : 833 – 842 M

9.     Abu Ja’far Harun Al-Watsiq Billah                             : 842 – 847 M

10.               Abu Fadhl Ja’far Al-Mutawakkil ‘Alallah                                  : 847 – 861 M

11.               Abu Ja’far Muhammad Al-Muntasir Billah                  : 861 – 862 M

12.               Abul Abbas Ahmad Al-Musta’in Billah                          : 862 – 866 M

13.               Abu Abdullah Muhammad Al-Mu’taz Billah               : 866 – 869 M

14.               Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi Billah                   : 869 – 870 M

15.               Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tamid ‘Alallah                    : 870 – 892 M

16.               Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tadid Billah                         : 892 – 902 M

17.               Abu Muhammad Ali Al-Muktafi Billah                          : 902 – 905 M

18.               Abul Fadhl Ja’far Al-Muqtadir Billah                             : 905 – 932 M

19.               Abu Mansur Muhammad Al-Qahir Billah                                : 932 – 934 M

20.               Abul Abbas Muhammad Ar-Radi Billah                                    : 934 – 940 M

21.               Abul Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi Lillah                            : 940 – 944 M

22.               Abul Qasim Abdullah Al-Mustakfi Billah                                  : 944 – 946 M

23.               Abul Qasim Al-Fadhl Al-Muti’ Lillah                              : 946 – 974 M

24.               Abu Bakar Abdul Karim At-Thai’ Lillah                         : 974 – 991 M

25.               Abul Abbas Ahmad Al-Qadir Billah                                : 991 – 1031 M

26.               Abu Ja’far Abdullah Al-Qaim Biamrillah                                  : 1031 – 1075 M

27.               Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi Biamrillah              : 1075 – 1094 M

28.               Abul Abbas Ahmad Al-Mustadhir Billah                                   : 1094 – 1118 M

29.               Abu Mansur Al-Fadhl Al-Mustarsyid Billah                 : 1118 – 1135 M

30.               Abu Ja’far Mansur Ar-Rasyid Billah                               : 1135 – 1136 M

31.               Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi Liamrillah     : 1136 – 1160 M

32.               Abul Mundzafar Yusuf Al-Mustanjid Billah                 : 1160 – 1170 M

33.               Abu Muhammad Al-hasan Al-Mustadli Biamrillah    : 1170 – 1180 M

34.               Abul Abbas Ahmad An-Nasir Lidinillah                         : 1180 – 1225 M

35.               Abu Nasr Muhammad Az-Zahir Biamrillah                 : 1125 – 1126 M

36.               Abu Ja’far Mansur Al-Mustansir Billah                         : 1126 – 1242 M

37.               Abu Ahmad Abdullah Al-Musta’sim Billah                  : 1242 – 1258 M

 

Berikut daftar urutan khalifah Bani Abbasiyah di Mesir:

1.     Al-Mustanshir Billah                                                      : 1260 – 1262 M

2.     Al-Hakim Biamrillah I                                                    : 1262 – 1301 M

3.     Al-Mustakfi Billah I                                                        : 1301 – 1335 M

4.     Al-Watsiq Billah I                                                                        : 1335 – 1341 M

5.     Al-Hakim Biamrillah II                                                   : 1341 – 1352 M

6.     Al-Mu’tadid Billah I                                                       : 1352 – 1361 M

7.     Al-Mutawakkil ‘Alallah I                                                           : 1361 – 1377 M

8.     Al-Watsiq Billah II                                                                      : 1383 – 1386 M

9.     Al-Mu’tashim                                                                  : 1386 – 1388 M

10.               Al-Mutawakkil II                                                                  : 1388 – 1405 M

11.               Al-Musta’in Billah I                                                 : 1405 – 1412 M

12.               Al-Mu’tadid Billah II                                                           : 1412 – 1441 M

13.               Al-Mustakfi Billah II                                                            : 1441 – 1450 M

14.               Al-Qaim Biamrillah                                                 : 1450 – 1454 M

15.               Al-Mustanjid Billah                                                 : 1454 – 1479 M

16.               Al-Mutawakkil ‘Alallah II                                                   : 1479 – 1487 M

17.               Al-Mustamsik Billah                                                           : 1487 – 1508 M

18.               Al-Mutawakkil III                                                                : 1508 – 1517 M

 

Kebijakan para khalifah Bani Abbasiyah berbeda dengan kebijakan Dinasti Umayyah. Para khalifah Bani Umayyah lebih menekankan kepada perluasan wilayah, sedangkan Bani Abbasiyah lebih memprioritaskan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam. Bani Abbasiyah berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Puncak kejayaannya terjadi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786 – 809 M) dan anaknya Al-Ma’mun (813 – 833 M). Periode ini juga merupakan periode puncak keemasan peradaban umat Islam. Saat itu, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga India.

Dinasti Abbasiyah menjadikan kota Baghdad sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan yang merupakan simbol dari kejayaan dinasti ini. Berikut beberapa peradaban Bani Abbasiyah di bidang ilmu pengetahuan:

a.     Ilmu Fiqih. Tokohnya yaitu Imam Abu Hanifah (w. 767 M), Imam Malik (w. 795 M), Imam Syafi’i (w. 820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (w. 855 M)

b.     Ilmu Tafsir. Tokohnya yaitu Ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu Athiyyah Al-Andalusi, Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani

c.      Ilmu Hadis. Imam Bukhari (w. 256 H), Imam Muslim (w. 261 H), Ibnu Majah, Abu Dawud, An-Nasa’i, Al-Baihaqi

d.     Ilmu Kalam (teologi). Tokohnya yaitu Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi yang dikenal sebagai tokoh Asy’ariyah, Washil bin Atha dan Abul Huzail Al-Allaf yang dikenal sebagai tokoh Mu’tazilah

e.     Ilmu Tasawuf. Tokohnya yaitu Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Hallaj, Al-Muhasibi

f.       Ilmu Bahasa. Tokohnya yaitu Imam Sibawaih, Al-Kisa’i, Abu Zakariya Al-Farra. Ilmu bahasa yang berkembang adalah ilmu nahwu, shorof, bayan, badi’ dan ‘arudh yang kesemuanya merupakan cabang dari ilmu bahasa Arab

g.     Ilmu Filsafat. Tokohnya yaitu Abu Ishaq Al-Kindi, Abu Nashr Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail, Imam Al-Ghazali, Ibnu Rusyd

h.     Ilmu Kedokteran. Tokohnya yaitu Abu Zakariya Yahya bin Mesuwaih, Abu Bakar Ar-Razi, Ibnu Sina

i.        Ilmu Matematika. Tokohnya yaitu Al-Khawarizmi (pengarang kitab Aljabar) dan Abul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas

j.        Ilmu Farmasi. Tokohnya yaitu Ibnu Baithar (pengarang kitab Al-Mughni tentang obat-obatan)

k.      Ilmu Astronomi. Tokohnya yaitu Abu Mansur Al-Falaki, Jabir Al-Batani

l.        Ilmu Fisika. Tokohnya yaitu Raihan Al-Biruni

m.  Ilmu Kimia. Tokohnya yaitu Jabir bin Hayyan

n.     Ilmu Geografi. Tokohnya yaitu Abul Hasan Al-Mas’udi, Ibnu Khurdazabah, Ahmad Al-Yakubi, Abu Muhammad Al-Hasan Al-Hamadani

o.     Ilmu Sosiologi. Tokohnya yaitu Ibnu Khaldun

p.     Ilmu Sejarah. Tokohnya yaitu Ahmad bin Al-Ya’kubi, Ibnu Ishaq, Abdullah bin Muslim Al-Qurtubah, Ibnu Hisyam, At-Thabari, Al-Maqrizi, Al-Baladzuri

q.     Ilmu Sastra. Tokohnya yaitu Abu Nuwas, An-Nasyasi (pengarang buku Seribu Satu Malam)

 

5.   Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Turki Usmani

Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh suku-suku Turki di bawah pimpinan Usman di barat laut Anatolia pada tahun 1299 M. Dinasti ini juga dikenal dengan nama Imperium Ottoman berhasil memberikan pengaruh yang cukup baik dalam bidang ekspansi agama Islam ke wilayah Eropa, Asia Kecil, Asia Tengah, Timur Tengah, Mesir dan Afrika Utara. Berikut beberapa perkembangan peradaban pada masa Turki Usmani:

a.     Bidang pemerintahan. Model pemerintahan Turki adalah kesultanan/kerajaan, kemudian berubah menjadi negara Republik yang diproklamirkan pada tanggal 1 Nopember 1923 M dengan presiden pertama Mustafa Kemal At-taturk (1881 – 1938 M) yang kemudian ia dikenal sebagai pendiri Turki Modern

b.     Bidang militer. Kekuatan Angkatan Laut Turki Usmani mencapai puncak kejaayaannya sehingga mampu melakukan ekspansi sampai ke wilayah Eropa dan Asia

c.      Bidang ilmu pengetahuan. Tidak begitu menonjol karena Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer, sehingga lebih banyak memfokuskan diri dalam bidang kemiliteran dan ekspansi wilayah. Meskipun demikian, beberapa usaha dalam bidang ini adalah:

1)    Melakukan modernisasi di bidang pendidikan dan pengajaran dengan memasukkan kurikulum pengetahuan umum ke dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam

2)    Mendirikan lembaga pendidikan “Mektebi Ma’arif” untuk mencetak tenaga ahli di bidang administrasi dan lembaga “Mektebi ‘Ulumi Edebiyet” untuk mencetak tenaga ahli di bidang penterjemah bahasa

3)    Mendirikan berbagai perguruan tinggi di bidangkedokteran, militer dan teknologi

d.     Bidang kebudayaan. Tokoh penyair diantaranya Nafi’ (1582 – 1636 M), tokoh prosa diantaranya Katip Celebi dan Evliya Celebi. Pengembangan seni arsitektur diantaranya bangunan Masjid Al-Muhammadi, Masjid Agung Sultan Sulaiman, Masjid Aya Sophia, dan lain sebagainya

 

6.   Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Safawiyah

Dinasti Safawiyah berkuasa di daerah Persia antara tahun 1502 – 1722 M. Awalnya merupakan gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, Azerbaijan. Nama tarekat ini diambil dari nama pendirinya Safi Ad-Din, yang merupakan keturunan dari Imam Syiah ke-6, Musa Al-Kazim. Beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti Safawiyah adalah:

a.     Bidang ilmu pengetahuan. Tokohnya adalah Bahaudin Syaerazi seorang generalis ilmu pengetahuan dan Muhammad Baqir bin Muhammad Damad seorang filusuf, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah

b.     Bidang ekonomi. Dikuasainya kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang kemudian diubah menjadi Bandar Abbas yang merupakan salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis.

c.      Bidang arsitektur. Penguasa Dinasti Safawiyah berhasil menciptakan Isfahan menjadi ibukota kerajaan yang sangat indah, dimana berdiri bangunan-bangunan besar dengan arsitektur bernilai tinggi. Disebutkan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum

d.     Bidang kesenian. Antara lain dalam bidang kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian, tenunan, mode, tembikar dan benda seni lainnya

e.     Bidang tarekat. Gerakan sufistik Safawiyah tidak hanya dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam politik dan pemerintahan

 

Posting Komentar

0 Komentar